Selasa, 28 September 2010

asuhan keperawatan Molahiodatidosa

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Molahiodatidosa adalah penyakit wanita dalam system reproduksi,penyakit molahidatidosa dapat dijumpai diseluruh dunia. Dengan insiden yang sangat bervariasi dan satu Negara dengan negara lain. Untuk Indonesia insiden penyakit molahidatidosa tidak jauh berbeda dengan dengan Negara Asia lain yang rata-rata insidennya kira-kira 1 untuk 600 kehamilan.
Berdasarkan hasil survey bahwa jumlah ibu dengan penyakit molahidatidosa tidak menutup dari tahun ke tahun untuk itu perlu Asuhan keperawatan sebagai pelayanan keperawatan yang esensial yang dilakukan oleh perawat untuk menangani ibu dengan penyakit molahidatidosa.
Mengingat akan pentingnya perawatan ibu dengan molahidatidosa untuk itu perlunya diadakan peningkatan pendidikan dibagian kesehatan.
B. Tujuan Penulis
Memperoleh gambaran tentang Asuhan keperawatan dengan penyakit molahidatidosa


BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. DEFENISI
• MOLA HIDATIDOSA dalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik . (Sarwono Prawirohardjo 2008)
• MOLA HIDATIDOSA merupakan salah satu dari tiga jenis neoplasma trofoblastik gestasional (ACOG, 1993)
• MOLAHIDATIDOSA secara histology ditandai oleh kelainan vili korionik yang terdiri dari poliferasi trofoblast dengan derajat bervariasi dan edema stoma vilus. Mola biasanya terletak di ronnga uterus, namun kadang-kadang mola terletak dituba fallopi dan bahkan ovarium (Stanhope dkk 1983).
• MOLA HIDTIDOSA pmerupakan kehamilan abnormal tanpa hasil konsepsi yang ada hanya gelembung mola( Purnawan junadi (1982)
B. INSIDEN
Molahidatidosa terjadi terjadi pada satu dri setiap 1200 kehamilan d Amerika Serikat, tetapi insiden yang lebih tinggi bisa terlihat di Asia dan didaerha tropis. Paling sering terjadi pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomifen pada wanita dari golongan sosioekonomi rendah, dan wanita yang berada di kedua ujung masa reproduksi . Resiko untuk mengalami kehamilan mola kedua empat sampai lima kali lebih tinngi dari resiko kehamilan mola pertama.
C. ETIOLOGI
• Akibat fertilisasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif
• Infeksi virus dan factor kromosom yang belum senis
• Mola hidatidosa berasal dari plasenta dan/atau jaringan janin sehingga hanya mungkin terjadi pada awal kehamilan
• Kelainan pada sel telur, rahim dan/atau kekurangan gizi
• Faktor resiko terjadinya mola adalah: Status sosial-ekonomi yang rendah
• Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
• Imunoselektif dari trofoblast
D. PATOFISIOLOGI
Mola hidatidosa dari transformasi massa sel embrional yang terdapat dalam blastokiste yaitu massa sel sebelah dalam pada tingkat perkembangan sebelum endoderem terbentuk, pada tingkat embryogenesis ini massa sel sebelah belum mampu berkembang menjadi trofoblast, ectoderm dan endoderem. Jika perkembangan terganggu oleh kehilangan kemampuan massa sel tersebut endoderm menjadi ectoderm , maka dari sel-sel itu terbentuklah jaringan trofoblas dan sitorofoblast yang berdefesiansi menjadi mesoderm ekstraembrional dari mana gelembung mola terbentuk.
TIPE-TIPE KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
a. MOLA KOMPLET atau klasik terjadi akibat fertilisasi sebuah telur yang intinya telah hilang atau tiddak aktif . Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidropik (berisi cairan) bertumbuh dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari usia kehamilan yang seharusnya. Biasanya mola tidak mengandung janin, plasenta, membrane amniotic atau air ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta. Oleh karena itu, terjadi perdarahan.
vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari sulit dilihat sampai yang bdiameter beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan histologik ditandai oleh:
• Degenarasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus
• Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
• Poliferasi epitel trofoblast
• Tidak adanya janin dan amnion
Dengan adanya atau dhidropik atau generasi mola yang mungkin sulit dibedakan dari mola sejati. Pada pemeriksaan sitogenik terhadap kehamilan mola sempurna menemukan komposisi kromosom yang yang umumnya adalah 46 XX, dengan kromosom seluruhnya berasal ayah. Biasanya ovum dibuahi oleh sperma haploid kemudian memperbanyak kromosomnya sendiri setelah meosis sehingga kromosomnya bersifat homozigot.kromosom ovum tidak ada atau tidak aktif.
b. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL. Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang dan mungkin tampak sebagai jaringan janin, biasanya paling tidak kantung amnion. Terjadi pembengkakan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang biasanya avaskuler , sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hyperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.
E. GAMBARAN KLINIK/MANIFESTASI KLINIK
• Pada permulaannya gejala molahidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa yaitu mual, muntabath, pusing, hanya saja derajat keluhannya sering lebih besar dari umur kehamilan hebat. Selanjutnya perkembangannya lebih pesat sehingga umumnya besar uterus lebih besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangn jaringan trofoblast tidak begitu aktif.
• Perdarahan uterus hamper bersifat universal, perdarahan terjadi sebelum abortus atau yang lebih sering terjadi secara intermiten selama beberapa minggu samapi berepa bulan
• Hipertensi akibat kehamilan yang sangat penting adalah kemungkinan terjadinya preklamsia pada kehamilan mola, yang menetap sampai tri semester kedua.
• Tiroktoksikosis, kadar tiroksin plasma wanita dengan kehamilan mola sering meningkat. Peningkatan tiroksin plasma mungkin disebabkan estrogen. Tiroksin bebas dalam sering meningkat akibat efek gonadotropin.
• Embolisasi, trofoblas lolos dari uterus melalui aliran vena dalam jumlah bervariasi. Volumenya dapat mencapai sedemikian sehingga menimbulkan gejala dan tanda embolisme paru akut dan bahkan hasil yang fatal.
• Amenore dan tanda-tanda kehamilan
• Perdarahan pervagina yang berulang. Darah berwarna kecoklatan, kadang-kadang keluar gelembung mola seperti anggur
• Uterus lebih besar dibandingkan usia kehamilan
• Tidak ada gerak anak ataupun denyut jantung janin
• Kadang-kadang disertai hiperemis gravidarum, anemia, dan toksemia gravidarum
F. PEMERIKSAAN DIAOGNOSTIK
• Serum HCG untuk memastikan kehamilan
• USG panggul
• CT scan perut
G. PENGOBATAN
1. Terapi mola hodatidosa terdiri dari dua fase: evaluasi mola segera dan tindak lanjut untuk mendeteksi proliferasi persisten atau perubahan keganasan.
2. Perbaikan keadaan umum. Bila kadar hemoglobin rendah, naikkan dulu sampai 10%
3. Aspirasi vakum, evakuasi isap berapa pun ukuran uterusnya. Untuk mola besar dipersiapkan darah yang sesuai dan apbila diperlukan dipasang system intra vena untuk menyalurkan infuse secara cepat.
Setelah sebagian besar mola dikeluarkan malalui aspirasi dan pasien diberi oksitoksin, serta meometrium telah kontraksi biasanya dilakukan kurtase.
4. Kemoterapi
5. Histerektomi
6. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
7. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan
2. Keluhan utama pasien
Ditemukan keluhan pada mola hidatidosa kram pada uterus, pembesaran uterus, tidak ada bunyi jantung jantung janin, tidak adanya pergerakanan janin, adanya jaringan vaskuler yang keluar dari vagina, hipertensi, mual, muntah, penurunan berat badan berlebihan, amenorea.
3. Riwayat keluhan utama
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pemeriksaan fisik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas behubungan dengan krisis situasi berkaitan dengan mola hidatidosa yang diderita
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang diderita
3. Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
4. Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose 1 : Ansietas behubungan dengan krisis situasi berkaitan dengan mola hidatidosa yang diderita
Tujuan : pasien memperlihatkan berkurangnya ansietas dan memperlihatkan perilaku koping yang tepat
Intervensi:
1. Beri penjelasan pada pasien tentang diagnosa
2. Gunakan keterampilan mendengarkan secara aktif dan bantu pasien serta keluarga menggunakan staregi koping yang adptif untuk mengurangi andietas.
3. Libatkan pasangan/orang terdekat pasien dalam mengatasi berduka kehilangan
Diagnose 2: kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang diderita
Tujuan : Pasien dapat mengerti tentang penyakit yang diderita
Intervensi:
1. Berikan penjelasan terhadap pasien tentang gejala dari penyakit mola hidatidosa
2. Anjurkan kepada pasien untuk menghindari factor-faktor resiko dari mola hidatidosa
3. Memberikan informasi pada pasien penyebab dar mola hidatidosa
Diagnose 3 : Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria : Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaphoresis
2. Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
3. Berikan kompres hangat
4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Diagnose 4 : Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi dengan criteria:Hb dalam batas normal (12-14 g%)
Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal
Tidak ada mual muntah
Intervesi:
1. Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
2. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah
4. Berikan cairan intravena
5. Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet
Diagnosa 5 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
Intervensi:
1. Kaji pola tidur
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
3. Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
4. Batasi jumlah penjaga klien
5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam


DAFTAR PUSTAKA
• Prawirohardjo sarwono., 2008., Ilmu Kebidanan., Jakarta., PT.Bina Pustaka
• F.Gary Cunningham dkk., 2006., Obstetri Williams edisi 21., Jakarta., EGC
• Junadi Purnawan dkk., 1982., Kapita Selekta Kedokteran., Jakarta., Media Aesculapius
• Bobak dkk., 2005., Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4., Jakarta., EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar