Rabu, 29 September 2010

asuhan keperawatan pada pasien alhzeimer

ALZHEIMER
1. PENGERTIAN
Penyakit alzheimer atau biasa disebut AD adalah penyakit yang bersifat degeneratif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku.
2. INSIDEN
Alzheimer adalah gangguan dimensi yang paling sering terjadi, secara kasar tercacat merupakan 60 % hingga 80 % dari seluruh dimensia di Amerika Serikat. Alzheimer dapat menyerang seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun. Perkiraan terbaru adalah bahwa 1 dari 10 orang pasien Alzheimer berusia lebih dari 65 tahun dan hampir separuhnya berusia lebih dari 85 tahun. Dengan penyebaran cepat pada populasi yang berusia lebih tua
3. ETIOLOGI
4. PATOFISIOLOGI
Alzheimer ini mengganggu 3 proses penting yaitu hubungan antar sel saraf, metabolisme dan proses perbaikan. Gangguan ini menyebabkan banyak sel saraf yang tidak berfungsi, kehilangan kontak dengan sel saraf yang lain, dan mati.
Awalnya alzheimer merusak saraf – saraf pada bagian otak yang mengatur memori, khususnya pada hipokampus dan struktur yang berhubungan dengannya. Saat sel – sel saraf di hipokampus berhenti berfungsi sebagaimana mestinya, terjadi kegagalan daya ingat jangka pendek, dilanjutkan dengan kegagalan kemampuan seseorang untuk melakukan perbuatan mudah dan tugas – tugas biasa. Alzheimer juga mengenai korteks serebri, khususnya daerah yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemikiran.
5. GAMBARAN KLINIS
Pasien dengan gejala alzheimer sebaiknya melakukan tes untuk mendeteksi gangguan nutrisi, endokrin, dan infeksi penyebab timbulnya gejala yang kemungkinan masih bisa dipulihkan. Selain untuk melengkapi pemerikaan fisik dan neurologik, pemeriksaan yang sering diminta mencakup hitung darah lengkap dan pemeriksaan darah untuk sifilis.
Pasien dengan penyakit alzheimer, selama stadium dini, pasien tidak bergejala namun mengalami pengurasan kapasitas dalam penyelesaian masalah, keterbatasan kemampuan untuk mengatasi situasi yang kompleks dan berfikir abstrak, emosi yang labil, pelupa, dan hilangnya memori ynag terbaru. Bersamaan debgan berkembangnya penyakit, prilaku pesien menjadi lebih tidak menemtu dan aneh dengan kecendrungan sering marah yang meledak – ledak.
Selama stadium akhir penyakit kemampuan pasien menjadi terbatas dan tidak mampu untuk mengurus kebutuhan dasar mereka atau untuk mengenali anggota keluarganya. Kemetian biasanya disebabkan oleh malnutrisi dan infeksi.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasein dengan penyakit alzheimer melibatkan pasien dengan keluarganya. Obat penenang dan anti depresan berguna untuk menangani perolaku pasien. Obat – obat eksperimental telah digunakan dibeberapa pusat kesehatan sebagai usaha untuk memperlambat kemunduran otak, namun tidak ada terapi obat yang disarankan. Perkumpulan dukungan keluarga penting untuk membantu mengatasi masah dalam keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ALZHEIMER
1. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik : Didasarkan pada pengkajian neurologis ( Apendiks J ) menunjukkan kemunduran yang progresif dari kondisi fisik dan mental.
DS : keluarganya melaporkan pasien mengalami penurunan daya ingat ringan, tidak tertarik pada lingkungan, kurang perhatian.
Kaji penyakit pasien, apakah penyakitnya menjadi berat,kehilangan daya ingat menjadi lebih menonjol khususnya terhadap hal – hal yang baru saja terjadi. Kepribadian mengalami kemunduran,gangguan motorik.
Kaji respon keluarga dan orang terdekat terhadap kondisi pasien dan dampaknya terhadap lingkungan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan status mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemunduran status mental.
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kemunduran mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan status mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer

INTERVENSI :
a) Lakukan program latihan defekasi dan berkemih bila terjadi inkontonensia. Catat pola defekasi untuk beberapa hari.
b) Gunakan celana sekali pakai bila terjadi inkontinensia
c) Batasi minum sebelum tidur. Barikan banyak cairan pada siang hari.
d) Bantu dalam kebersihan tubuh. Berikan kesempatan untuk melakukan aktivitas mandiri sebanyak mungkin dengan supervise
e) Libatkan pasien dalam program latihan harian

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kemunduran status mental.

INTERVENSI
a) Suapi pasien. Ubah konsistensi makanan untuk memudahkan menelan, sesuai keperluan. Bagi pasien yang lupa menelan, coba memberikan makana halus.
b) Apabila pasien sudah tidak mampu untuk makan sendiri, pasang selang NGT untuk pemberian makanan sesuai program.
c) Berikan makanan tambahan disetiap makan,(pagi, siang, dan sore)
d) Sediakan waktu cukup untuk setiap kali makan. Jangan paksakan makanan atau berdebat dengan pasien mau bekerja sama sebelum melanjutkan memberikan makanan.

3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kemunduran mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer.

INTERVENSI
a) Pasang pengaman tempat tidur pada saat tidur. Sering perhatikan pasien. Kenakan pelindung dada dan pergelangan tangan hanya bila perlu untuk melindungi yang bersangkutan dari celaka atau mencelakakan orang lain.
b) Berikan neuroleptik ( antipsikotik ) sesuai program. Dekati pasien dengan tenang dan percaya diri kurangi stimuli lingkungan.
c) Pertahankan jadwal yang teratur untuk aktivitas sehari – harinya khususnya bila menunjukkan kebingungan. Buat latihan harian seperti jalan kaki. Serta pasien dalam beberapa aktivitas rutin untuk mangalihkan perhatian dari mobilitas yang tidak menentu
d) Hindari memburu – buru klien. Pertahankan langkah perlahan. Bicara dengan perlahan, berjarak, dan kalimat sederhana dengan menggunakan tanda non verbal.
4. EVALUASI
 Keutuhan kulit terjaga, badan tidak bau
 Tidak terjadi penurunan berat badan, menghabiskan lebih dari 40 % setiap makan
 Tidak ada cedera atau kerusakan kulit, tidak ada laporan pasien jatuh


DAFTAR PUSTAKA
Engran, Barbara.1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah.EGC. Jakarta
Wilson M,Lorraine,sylvia A. Price.2005. Patofisisologi. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar