Selasa, 28 September 2010

asuhan keperawatan CA nasofaring

CA NASOFARING
A. Definisi
Nasofaring adalah bagian dari tenggorokan paling atas, tepatnya di belakang rongga hidung, berbentuk kubus, bagian depan nasofaring berbatasan dengan rongga hidung, bagian atas perbatasan dengan dasar tengkorak, serta bagian bawah merupakan langit-langit dan rongga mulut, di daerah nasofaring terdapat muara saluran yang menghubungkan tenggorokan dan telinga (Tuba Eustachius) dan adenoid yaitu jaringan limfoid yang sering membesar pada anak. Beberapa jaringan saraf yang mengatur fungsi mata dan menelan serta lidah terdapat di sekitar nasofaring, karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan prediksi di fossa rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia (Efraty & Nurbaiti, 2001)
Merupakan kanker yang terdapat pada nasopharing, berada di antara belakang hidung dan esophagus, kanker ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia, hampir 60% tumor ganas daerah kepala dan leher merupakan kanker nasopharing, kemudian diikuti oleh tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah. Pada banyak kasus, nasopharing carcinoma banyak terdapat di Negara ras Mongoloid, khususnya Cina Selatan, namun tidak menutup kemungkinan terdapat di negara lain, seperti di Yunani, Afrika bagian utara seperti Aljazair dan Tunisia, orang Eskimo. Di Indonesia kanker ini lebih banyak menyerang keturunan tionghoa di banding suku lainnya, kanker ini lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita.

B. Etiologi
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasopharing adalah suku Mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun, diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamine. Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epsteinbarr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan liter anti-virus EEB yang cukup tinggi. (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
Pada umumnya kanker disebabkan karena adanya pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol, kanker dapat juga timbul karena adanya faktor keturunan (genetik), lingkungan dan juga virus, kanker nasopharing disebabkan karena adanya perkembangan sel kanker yang tidak terkontrol di bagian nasopharing. Namun pada banyak kasus nasopharing carcinoma disebabkan karena adanya faktor keturunan (genetik).
Adapun faktor resiko penyebab adanya kanker nasopharing antara lain:
- Makan makanan asin
Pada banyak kasus di Cina, nasopharing carcinoma disebabkan dari makan ikan asin, juga dari bumbu masak tertentu dan makan makanan yang terlalu panas.
- Virus
Beberapa virus menimbulkan tanda dan gejala seperti demam. Beberapa virus memiliki kemungkinan akan timbulnya kanker nasopharing. EBV-virus biasanya yang menyebabkan kanker.
- Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasopharing besar selain nitrosamine, faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kanker nasofaring adalah keadaan sosial ekonomi, lingkungan dan kebiasaan hidup yang rendah, udara yang penuh asap di rumah yang kurang baik ventilasinya misalnya pembakaran dupa, obat nyamuk, meningkatkan insiden kanker nasofaring. Demikian juga kontak dengan bahan kimia seperti gas kimia, asap industri dan asap kayu. Penyebab lain adalah radang kronis (menahun) di daerah nasofaring, peradangan menyebabkan selaput lendir nasofaring lebih rentan terhadap karsinogen.

C. Patofisiologi
Virus Epsteinn-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala, kanker nasofaring sebenarnya dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini mampu mengaktifkan virus Epsteinn-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin, tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran dan difermentasi (asinan) serta tauco.

D. Tanda dan Gejala
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu antara lain:
• Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung, terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor).
• Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius (fosa rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinnitus, tuli rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia).
• Gangguan mata dan sarar
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramenia laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehinga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unilateral. Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
• Metastasi ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternoklidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat. Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti di Cina yairu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran modul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun akan menjadi karsinoma nasofaring. (Efiaty & Nurbaiti, 2001)
Adapun tingkatan dari kanker ini adalah :
1. Stadium 0 : sel-sel kanker masih berada dalam batas nasoparing, biasa disebut dengan nasopharynx insitu.
2. Stadium 1 : sel kanker menyebar dibagian nasopharing.
3. Stadium 2 : sel kanker sudah menyebar pada lebih dan nasopharing ke rongga hidung, atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher.
4. Stadium 3 : kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher.
5. Stadium 4 : kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah. Dari tingkatan-tingkatan inilah dokter dapat menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi penderita.

E. Pemeriksaan Penunjang
a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsy nasofaring dapat dilakukan dua cara yaitu dari hidung dan mulut dilakukan dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
c. Pemeriksaan CT-scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
d. Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IoA anti VGA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001)
Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan kelenjar getah bening (palpasi : terasa membengkak), beberapa tanda dan gejala dari kanker ini memang tidak terlalu spesifik, pemeriksaan ini mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan, jika dicurigai terjadinya kanker, dilakukan inspeksi menggunakan endoskop untuk melihat nasopharing yang abnormal tersebut dalam penggunaannya diperlukan anastesi lokal. Setelah itu, diambil biopsy (sampel) yang kemudian diuji apakah merupakan kanker.
Kemudian akan ditentukan stadium kanker itu dengan cara :
• MRI (membantu melihat kanker yang menyebar di sekitar kepala)
• Pengambilan biopsy ini digunakan untuk melihat kanker yang berada di kelenjar getah bening.
• Sinar X (melihat kanker yang menyebar di bagian paru-paru).

F. Penatalaksanaan Medis
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dahulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferan, kemoterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuan kemoterapi yaitu Cis-platinunt, bleotiyeiti dan 5-fluoroumcil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluoroumcil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
Beberapa macam pengobatan untuk penderita nasopharing carsinoma antara lain :
1. Terapi radiasi
Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang tumbuh. Terapi ini dilakukan selama 5 – 7 minggu. Terapi ini digunakan untuk kanker pada tingkatan awal.
Efek samping dari terapi ini memperbesar resiko kehilangan pendengaran dan terapi ini memperbesar resiko timbulnya kanker pada lidah dan kanker tulang.
2. Kemoterapi
Merupakan terapi dengan menggunakan bantuan obat-obatan. Terapi ini bekerja dengan cara mereduksi sel-sel kanker yang ada, namun ada kalanya sel-sel yang sehat (tidak terkena kanker) juga tereduksi.
Efek samping dari terapi ini adalah : rambut rontok, mual, lemas (seperti kehilangan tenaga). Efek samping yang timbul tergantung pada jenis obat yang diberikan.
3. Pembedahan
Tujuan dari pembedahan ini adalah untuk mengambil kelenjar getah bening yang telah terkena kanker.

G. Dampak KDM



H. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa : ketidakefektifan jalan napas b/d penimbunan sekret batasan
Karakteristik : pilek, hidung tersumbat, cuping hidung nampak
Hasil pasien : kepatenan jalan napas dipertahankan
Kriteria evaluasi : frekuensi napas antara 12 – 24 /menit, tidak terdapat penimbunan sekret, warna kulit normal, cuping hidung tidak nampak
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab gangguan pola napas
2. Pertahankan evaluasi kepala tempat tidur 30o


3. Izinkan untuk sekret di jalan dengan tissu. Jika tidak lakukan dengan pengisapan 1. Mengidentifikasi informasi yang tepat
2. Posisi tegak lurus memungkinkan bernapas baik dengan cara mengurangi tekanan abdominal pada diafragma
3. Pengisapan berguna untuk mengeluarkan sekret dan membantu mempertahankan jalan napas



2. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri b/d metastatis pada leher
Karakteristik : Mengatakan sakit pada daerah leher dan/atau sakit pada saat menelan
Hasil pasien : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri


2. Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
3. Beri perawatan orang tiak 2 jam


4. Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu 1. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi
3. Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bernapas
4. Obat analgatik bisa menurunkan persepsi nyeri

3. Diagnosa : Gangguan rasa cemas b/d koping yang tidak adekuat
Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti, dan gelisah
Hasil pasien : Ansietas berkurang
Kriteria evaluasi : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya ansietas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang penyakitnya, secara verbal menyadari terhadap apa yang diinginkan yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Intervensi Rasional
1. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan/status penyakitnya




2. Jelaskan metode komunikasi yang dapat digunakan secara baik dan efektif.

3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan keadaannya tentang hasil pemeriksaannya. 1. Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari interaksi membantu menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik
2. Kemauan berkomunikasi membantu mengembangkan rasa aman penting untuk fungsi andiron.
3. Ekspresi perasaan secara verbal membantu meningkatkan kesadaran akan realitas (kenyataan).

4. Diagnosa : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penekanan pada leher
Karakteristik : Penurunan BB, menolak makanan per oral
Hasil Pasien : Memperlihatkan/mendemonstrasikan masukan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : BB stabil, masukan makanan oral meningkat.
Intervensi Rasional
1. Pantau
• Berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, jika makanan per oral dimungkinkan
2. Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal pemberiannya. Ajarkan kepada pasien cara memberikan makanan sendiri melalui selang



3. Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan yang tepat jika masukan oral kurang dari 30%
4. Berikan makanan sedikit tapi sering
5. Berikan obat atau muntah jika perlu
6. Jika peranan per oral sudah mulai diperbolehkan, tunggu pasien selama makan. Telah kembali teknik menelan untuk meminimalkan aspirasi. Izinkan psaien untuk sendiri, ketika pasien sudah mampu makan per oral tanpa batuk

7. Konsultasi dengan dokter jika batuk berlebihan pada sat makan per oral 1. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan



2. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk memberikan nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka sampai makanan tier oral dapat dimulai. Perawatan diri menumbuhkan kemandirian

3. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan bersama merencanakan kebutuhan dan kondisi pasien


4. Untuk merangsang nafsu makan pasien
5. Untuk mengontrol mual dan muntah
6. Kesulitan menelan dan batuk karena makan dan batuk karena per oral dapat mencetuskan ansietas. Pemberian pelayanan kesehatan yang komponen, dapat bertindak cepat ketika terjadi aspirasi, dapat menurunkan pasien berkontraksi sehingga dapat menelan dengan baik
7. Makanan melalui selang NGT perlu dimulai

5. Diagnosa : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Karakteristik : Kulit klien nampak kotor, klien tidak pernah mandi selama sakit, badan klien berbau
Hasil pasien : Integritas kulit tetap terjaga
Kriteria evaluasi : Kulit klien nampak bersih dan bau badan klien sudah tidak ada
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker

2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan


3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan dokter
4. Hindarkan pakaian yang ketat pada area tersebut

5. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi 1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
2. Agar melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) penggunaan sabun agar bau badan klien tidak ada
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan infeksi kulit

4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga integritas kulit tidak terjadi
5. Sebagai acuan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang terjadi dan dapat mengambil keputusan masalah tindakan pengobatan yang selanjutnya

6. Diagnosa : Resiko tinggi perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Karakteristik : Membran mukosa oral klien nampak kering di kulit dengan bibir klien, mulut klien berbau dan selama sakit klien belum pernah gosok gigi
Hasil pasien : Tidak terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria evaluasi : Membran mukosa klien normal, bau mulut klien hilang PH oral klien


Intervensi Rasional
1. Kaji orang mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral



2. Mulai program hygiene oral : gunakan pencuci mulut dan salin hangat, larutan pelarut dan hidroge peroksida, sikat dengan sikat gigi, benang gigi, pertahankan bibir lembab dengan pelumas bibir 1. Agar mengetahui PH gigi, sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar
2. Agar melancarkan peredaran darah sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar

7. Diagnosa : Gangguan harga diri berhubungan dengan efek samping radiotherapy : kehilangan rambut
Karakteristik : KLien nampak tidak percaya diri sering menarik diri dengan orang lain
Hasil pasien : Gangguan harga diri teratasi
Kriteria evaluasi : KLien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu

2. Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker 1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui kemungkinan resiko yang terjadi
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti akan semua proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan terjadi sehingga klien merasa lebih kuat dalam menjalani proses penyembuhannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar